rtinya, konsumen Indonesia sudah lebih banyak melirik smartphone berharga lebih tinggi dibandingkan produk papan terbawah yang murah meriah. IDC mencatat porsi pengapalan smartphone menengah atas dan premium di atas Rp 5,7 juta di Indonesia juga mengalami peningkatan antara 2015-2018, meski masih tergolong kecil dengan persentase di bawah 5 persen. Sebagian besar pasaran ponsel Indonesia pada 2018 dikuasai oleh produk-produk low-end berharga antara Rp 1,4 juta-2,9 juta (41,3 persen) dan mid-range Rp 2,9juta -5,7 juta (29,9 persen dengan porsi gabungan sebesar 71,2 persen. Konsumen lebih kritis Market Analyst dari IDC Indonesia, Risky Febrian, mengatakan bahwa pergeseran selera konsumen smartphone Tanah Air yang menjadi makin "mahal" ini antara lain terjadi karena sikap mereka yang menjadi lebih kritis dalam melihat produk. Harga tetap menjadi salah satu pertimbangan utama. Namun, konsumen masa kini juga jeli melihat spesifikasi dan fitur-fitur yang ditawarkan oleh sebuah smartphone, terutama di segmen menengah di mana harga antar produk bersaing ketat. Para pabrikan pun belakangan berlomba-lomba menerapkan inovasi baru, seperti kamera pop-up, desain kekinian, hingga pemindai sidik jari di layar untuk menarik minat pembeli.
"Fitur-fitur baru itu ya sebenarnya untuk meningkatkan competitive offering mereka dari brand lain," ujar Risky ketika ditemui KompasTekno beberapa waktu lalu. Menghadapi selera pasar yang berubah, para vendor mau tidak mau harus menyesuaikan diri. Samsung, sang pabrikan ponsel nomor satu di Indonesia, misalnya, belakangan bergerak dengan merombak lini ponsel bawah dan menengahnya agar lebih menarik.
Sumber
No comments:
Post a Comment